Wednesday, November 20, 2013

Jamu Dan Kehamilan

Semua orang setuju, minum jamu itu menyegarkan dan menyehatkan badan. Tapi kalau sedang hamil, jangan sembarangan !

jamu dan kehamilan

Siapa pun ingin proses kehamilannya berjalan normal, lancar, dan sehat. Tak heran kalau semua ibu hamil amat memperhatikan kondisi kehamilannya.

Ada yang memilih cara konvensional ( medis), tapi ada juga yang mengkombinasikannya dengan cara tradisional, yang kerap dipilih adalah jamu.

Apalagi kini terdapat jamu untuk ibu hamil yang dijual di pasaran. Sayang, pengetahuan seputar jamu itu sendiri masih minim dan tidak lengkap. Makanya, sebelum Anda mengkonsumsi jamu hamil, coba simak dahulu hasil penelitian berikut:

Beresiko Di Kehamilan Muda Dan Tua

Jamu Cabe Puyang yang biasa dikonsumsi ibu-ibu hamil di Jawa, misalnya, menurut Prof. Dr. Suwijoyo Pramono DEA., Apt., saat pengukuhannya sebagai dekan Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada awal April 2006, ternyata malah menghambat kontraksi otot saat persalinan.

Artinya, jamu yang mengandung cabe Jawa ini malah membuat ibu sulit melahirkan secara normal lantaran otot uterusnya tidak mampu berkontraksi secara normal.

Prof. Dr. Suwijoyo, menemukan dalam cabe Jawa terdapat alkaloid piperin yang menimbulkan kontraksi otot uterus sehingga menyulitkan persalinan.

Pakar farmasi ini malah menyarankan agar ibu hamil meminum jamu ini hanya pada saat ia hamil muda. Sebab, jamu Cabe Puyang ini bisa menekan resiko keguguran.

Tapi jika jamu ini diminum menjelang bersalin, salah besar ! Karena saat persalinan, otot uterus akan bekerja keras untuk membantu mengeluarkan bayi dari jalan lahir.

Jamu lain yang kerap diminum para ibu hamil adalah jamu kunyit asam. Bila Cabe Puyang menghambat kehamilan di usia lanjut, sebaliknya jamu kunyit asam ini beresiko di kehamilan muda.

Ekstrak kunyit yang terkandung di dalamnya memiliki efek stimulan pada kontraksi uterus. Karenanya jika ia diminum saat ibu hamil muda, akan meningkatkan resiko keguguran.

Kalangan medis dengan tegas melarang pasiennya mengkonsumsi jamu-jamuan saat hamil, terutama pada awal kehamilan. Pada masa itulah - usia 1-16 pekan - proses pembentukan organ tubuh janin sedang terjadi.

Jika ibu hamil meminum jamu yang ternyata salah satunya tergolong teratogen ( mempengaruhi pembentukan fisik embrio ) tak ayal lagi, bisa mengakibatkan cacat janin. Sebab, hingga kini masih diteliti zat apa saja pada jamu yang potensial menyebabkan janin menjadi cacat.

Satu hal yang juga menjadi perhatian kalangan medis adalah kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban yang terkontaminasi dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh. Ini tentu menyulitkan dokter memantau janin dan tentu saja mengganggu saluran nafas bayi pada saat persalinan kelak.

Berkhasiat Pasca Persalinan

Komposisi jamu pada umumnya terdiri dari beberapa senyawa yang satu sama lain saling berinteraksi, mendukung, atau menetralisir.Itulah sebab, daya kerja jamu tidak secepat obat yang langsung ditujukan untuk mengobati penyakit.

Penggunaan jamu justru tidak mengundang protes kalangan medis bila jamu digunakan setelah masa persalinan. Seperti dikatakan pakar jamu Jawa Soedarmilah Soeparto, selama ini ramua jamu Jawa sebenarnya lebih dikhususkan untuk menangani perawatan ibu pascapersalinan.

Jamu-jamuan yang sudah dikenal sejak masa keraton ini berguna untuk mengembalikan kesehatan, kebugaran, dan kecantikan seperti sebelum hamil.

Apalagi menurut Soedarmilah, umumnya usai persalinan, wanita jadi kurang bergairah, pucat, sering mengeluh, pusing, mudah lelah, dan keputihan. Ada pula jamu yang berguna untuk merangsang terbentuknya ASI, sekaligus membantu mengeluarkan darah kotor usai bersalin dan mempercepat mengembalikan tenaga ibu.

Semua jenis jamu itu bisa dibuat sendiri. Prinsipnya, membuat jamu tidak jauh beda dengan memasak. Anda bisa membuat jamu, meski pahit tapi terasa sedap karena ada sedikit manis dan gurih.

Menurur Soedarmilah, jamu-jamuan dipilih oleh konsumen lantaran ada kecenderungan dari pengobatan medis yang menganggap manusia seperti segumpal daging. Segumpal daging yang akan memberi reaksi sama terhadap suatu zat kimia. "Padahal reaksi tubuh manusia tidaklah sama. Karena manusia bukanlah robot".

sumber: majalah Parent Guide, juni 2006

0 comments:

Post a Comment